Fakta:75% Waktu Programmer Membaca Code, Bukan Menulis

Jika Anda membayangkan seorang programmer yang sedang bekerja, apa yang terlintas di benak Anda? Mungkin seseorang yang mengetik dengan kecepatan kilat, baris demi baris kode bermunculan di layar, menciptakan sesuatu dari ketiadaan.

Gambaran itu sangat umum, namun meleset jauh dari realita.

Faktanya, menurut berbagai studi dan survei industri, rata-rata developer menghabiskan sekitar 70% hingga 80% waktu kerjanya hanya untuk membaca kode, dan sisanya untuk menulis kode baru.

Ini adalah kenyataan yang sering mengejutkan bagi pemula. Pemrograman ternyata lebih mirip dengan pekerjaan detektif atau arkeolog dibandingkan seorang novelis. Mengapa demikian?

Kode Jarang Ditulis dari Nol

Sangat sedikit proyek perangkat lunak yang dimulai dari kertas kosong. Sebagian besar pekerjaan programmer adalah memelihara, memperbaiki, atau mengembangkan sistem yang sudah ada (legacy system).

Sebelum Anda bisa memperbaiki bug (kesalahan), Anda harus terlebih dahulu menemukan di mana letak kesalahannya dan memahami mengapa kode tersebut ditulis dengan cara itu. Sebelum Anda bisa menambahkan fitur baru, Anda harus mengerti bagaimana fitur tersebut akan berinteraksi dengan ribuan baris kode lainnya.

Proses “memahami” ini membutuhkan waktu jauh lebih lama daripada “mengetik” solusinya.

Konteks Adalah Segalanya

Menulis kode itu mudah; menulis kode yang tepat dalam konteks yang kompleks itu sulit. Seorang programmer harus menelusuri alur logika, melacak variabel, dan memahami arsitektur sistem. Mereka sering bertanya:

  • “Apa tujuan dari fungsi ini?”
  • “Bagaimana data mengalir dari titik A ke titik B?”
  • “Jika saya mengubah baris ini, apa dampaknya di tempat lain?”

Membaca kode adalah proses membangun model mental dari sistem di kepala Anda.

Membaca Kode Milik Sendiri (The “Future Self”)

Yang lebih menarik, “membaca kode” tidak hanya berarti membaca kode orang lain. Ini juga termasuk membaca kode yang Anda tulis kemarin, minggu lalu, atau tahun lalu.

Seringkali, kode yang tampak logis saat ditulis menjadi membingungkan beberapa bulan kemudian. Inilah mengapa keterbacaan (readability) sangat penting. Seorang programmer yang baik menulis kode bukan hanya untuk komputer, tetapi juga untuk “dirinya di masa depan” dan rekan satu timnya.

Implikasi: Belajar Membaca, Bukan Hanya Menulis

Bagi siapa saja yang belajar coding, fakta ini memiliki implikasi yang mendalam:

Jangan Terjebak “Tutorial Hell”: Banyak pemula fokus hanya pada menulis kode baru dari tutorial. Sama pentingnya—bahkan lebih penting—adalah belajar menavigasi kode sumber yang kompleks.

Latihan Membaca: Cobalah buka proyek open-source di GitHub. Anda tidak perlu memahami semuanya, tetapi berlatihlah melacak satu fitur atau satu alur kerja.

Menulis Kode yang Bersih (Clean Code): Karena sebagian besar waktu dihabiskan untuk membaca, kode yang sulit dibaca adalah “utang teknis” yang mahal. Kode yang jelas dan terdokumentasi dengan baik menghemat waktu seluruh tim.

Kesimpulan

Pemrograman profesional bukan tentang seberapa cepat Anda bisa mengetik, tetapi seberapa cepat Anda bisa memahami. Waktu yang dihabiskan untuk menatap layar, menelusuri file, dan berpikir mendalam bukanlah waktu yang terbuang; itulah inti dari pekerjaan tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh pepatah pemrograman lama: “Menulis kode adalah mudah. Memastikan kode itu mudah dibaca—itulah seninya.”

Sumber:

Ada Lovelace, the First Tech Visionary

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top