Blog

Your blog category

Blog

65% Anak SD Diprediksi Kerja di Pekerjaan Baru yang Melibatkan Coding

Perkembangan teknologi digital yang sangat cepat membawa perubahan besar pada dunia kerja di masa depan. Berbagai laporan dan analisis global memprediksi bahwa sekitar 65% anak yang sekarang berada di usia sekolah dasar akan bekerja di jenis pekerjaan yang saat ini belum ada. Pekerjaan-pekerjaan tersebut diperkirakan sangat erat kaitannya dengan kemampuan teknologi, khususnya coding dan keterampilan digital lainnya. Mengapa Coding Penting untuk Anak Usia Dini? Menghadapi masa depan yang penuh pekerjaan baru dan inovatif ini, pembelajaran coding sejak usia dini menjadi sangat strategis. Pemerintah Indonesia bahkan sudah mulai memasukkan mata pelajaran coding dan kecerdasan buatan (AI) secara resmi sebagai mata pelajaran pilihan sejak SD, mulai tahun ajaran 2025/2026. Ini dilakukan agar anak-anak sudah dipersiapkan dengan kemampuan berpikir logis, problem solving, dan digital literacy yang esensial untuk menghadapi dunia kerja yang terus berubah. Melalui pembelajaran ini, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan algoritmik yang menjadi modal utama di era digital. Prediksi Dunia Kerja Masa Depan Globalisasi teknologi otomatisasi dan kecerdasan buatan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Pekerjaan itu kemungkinan besar akan membutuhkan skill coding dasar karena coding menjadi bahasa universal untuk berinteraksi dengan teknologi modern. Implikasi untuk Pendidikan dan Orang Tua Kesimpulan Pendidikan coding sejak dini menjadi investasi penting untuk mengembangkan generasi yang siap menyongsong era digital dan dunia kerja masa depan yang terus berubah. Referensi:

Blog

Video Pertama di YouTube Berdurasi 18 Detik

Video pertama yang telah diunggah ke Youtube adalah sebuah klip sederhana yang kini menjadi bagian penting dari sejarah teknologi. Berjudul “Me at the zoo”, video ini diunggah pada 23 April 2005, dan hanya berdurasi 18 detik. Dalam video tersebut, salah satu pendiri YouTube, Jawed Karim, berdiri di depan kandang gajah di Kebun Binatang San Diego. Sambil berbicara ke kamera, ia menjelaskan keunikan gajah yang memiliki belalai panjang. Video yang sangat sederhana ini tidak memiliki efek khusus atau alur cerita yang kompleks, namun kehadirannya menjadi penanda dimulainya sebuah revolusi digital. “Me at the zoo” menjadi tonggak sejarah yang membuka jalan bagi miliaran video lain untuk diunggah, ditonton, dan dibagikan. Video ini membuktikan bahwa siapa pun bisa membuat dan membagikan kontennya sendiri, mengubah cara kita mengonsumsi media dan menciptakan fenomena media sosial yang kita kenal sekarang. Sumber:

Blog

Mayoritas Pengguna Internet Berasal dari Asia

Asia telah memantapkan posisinya sebagai pusat digital dunia. Dengan lebih dari 2,9 miliar pengguna internet, benua ini menyumbang sekitar 53% dari total pengguna internet global. Angka yang fantastis ini tidak hanya menunjukkan jumlah populasi yang besar, tetapi juga cerminan dari adopsi teknologi yang luar biasa pesat. Mengapa Asia Menjadi Pusat Digital? Beberapa faktor kunci berkontribusi pada dominasi Asia dalam penggunaan internet: Implikasi dan Peluang Dominasi Asia dalam jumlah pengguna internet membawa dampak signifikan, baik secara ekonomi maupun sosial. Bagi perusahaan teknologi global, pasar Asia menjadi target utama. Bagi para developer dan inovator, ini adalah peluang emas untuk menciptakan solusi yang relevan dengan kebutuhan populasi yang masif dan beragam. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa belajar teknologi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan. Sumber:

Blog

75% Pelajar Coding Dapat Peluang Kerja Lebih Baik Setelah Kursus

Dalam era digital yang terus berkembang pesat, kemampuan coding menjadi salah satu keterampilan teknis yang sangat dibutuhkan oleh berbagai industri. Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 75% pelajar coding melaporkan peningkatan peluang kerja setelah mengikuti kursus coding. Fakta ini menegaskan pentingnya pembelajaran coding sebagai investasi karir masa depan di bidang teknologi. Mengapa Kursus Coding Meningkatkan Peluang Kerja? Data dan Tren Industri Terkait Kesimpulan Belajar coding melalui kursus memberikan bukan hanya pengetahuan teori, tetapi juga keterampilan praktis yang sangat dibutuhkan industri teknologi masa kini dan masa depan. Sumber Referensi Utama:

Blog

Belajar Coding Bisa Gratis dan Online

Belajar coding kini sangat mudah dan terjangkau karena banyak platform belajar coding yang menyediakan materi secara gratis dan online. Platform-platform ini memberikan akses pembelajaran mulai dari konsep dasar hingga pembuatan proyek nyata, sehingga siapa saja bisa belajar tanpa hambatan biaya atau tempat. Platform Belajar Coding Gratis Populer Keuntungan Belajar Coding Gratis dan Online Tren dan Prospek Menurut data terbaru, semakin banyak orang yang memilih belajar coding secara online gratis karena kemudahan akses dan keberagaman materi. Dengan proyeksi kebutuhan tenaga kerja teknologi semakin meningkat, belajar coding dari platform gratis bisa menjadi langkah awal yang efektif untuk memulai karier di bidang IT. Sumber:

Blog

“Bug” Pertama dalam Sejarah Komputer Adalah Ngengat Sungguhan

Dalam dunia pemrograman, istilah “bug” sangat akrab di telinga. Kata ini digunakan untuk menyebut kesalahan atau cacat dalam sebuah program yang menyebabkan aplikasi tidak berfungsi dengan semestinya. Namun, tahukah kamu bahwa bug yang tercatat dalam sejarah komputer bukanlah kesalahan kode, melainkan seekor ngengat sungguhan? Kisah ini bermula pada 9 September 1947. Saat itu, Grace Hopper, seorang ilmuwan komputer dan Laksamana Angkatan Laut AS, sedang bekerja dengan komputer Harvard Mark II di Universitas Harvard. Tiba-tiba, komputer tersebut mengalami kerusakan dan berhenti bekerja. Setelah melakukan pemeriksaan, Grace Hopper dan timnya menemukan penyebabnya: seekor ngengat yang terjebak di dalam salah satu relai (komponen elektronik) komputer. Ngengat tersebut telah mati dan menyebabkan korsleting, menghentikan seluruh operasi komputer. Grace Hopper dengan hati-hati mengambil ngengat itu dan menempelkannya ke buku log harian mereka. Di samping ngengat tersebut, ia menulis: “First actual case of bug being found” (Kasus nyata pertama dari bug yang ditemukan). Macam Macam Bug Dalam Komputer 1. Syntax Error Ini adalah bug yang paling dasar dan biasanya paling mudah diidentifikasi. Syntax error terjadi ketika ada kesalahan dalam penulisan kode yang tidak sesuai dengan aturan bahasa pemrograman. Contohnya seperti lupa menambahkan titik koma (;), tanda kurung yang tidak seimbang, atau salah ketik nama variabel. Kompiler atau interpreter akan langsung memberitahukan kesalahan ini, sehingga program tidak bisa dijalankan sampai kesalahan diperbaiki. 2. Logic Error Ini adalah bug yang paling sulit dideteksi karena program masih bisa berjalan, tetapi memberikan hasil yang salah. Logic error terjadi karena alur logika atau algoritma yang dibuat oleh programmer tidak tepat. Misalnya, kamu ingin menghitung rata-rata dari tiga angka, tetapi kamu menulis kode yang justru menjumlahkan ketiganya. Program akan berjalan tanpa masalah, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mendeteksi bug ini, programmer harus melakukan pengujian secara cermat dan membandingkan hasil yang keluar dengan hasil yang seharusnya. 3. Runtime Error Runtime error adalah bug yang terjadi saat program sedang berjalan. Kesalahan ini tidak terdeteksi saat kode ditulis, tetapi baru muncul ketika program dieksekusi. Contoh umum dari runtime error adalah pembagian dengan nol atau mencoba mengakses data dari memori yang tidak valid. Ketika runtime error terjadi, program biasanya akan berhenti mendadak atau “crash”. 4. Compatibility Error Compatibility error terjadi ketika sebuah program tidak berfungsi dengan baik di lingkungan tertentu. Misalnya, sebuah aplikasi yang dirancang untuk sistem operasi lama mungkin tidak berjalan dengan sempurna di sistem operasi yang lebih baru. Atau sebuah website yang dibuat untuk browser Chrome mungkin memiliki tampilan yang rusak ketika dibuka di browser Firefox. Bug ini disebabkan oleh perbedaan spesifikasi atau fitur antar lingkungan. 5. Performance Defects Jenis bug ini tidak membuat program crash, tetapi membuatnya bekerja dengan lambat atau tidak efisien. Performance defects berkaitan dengan masalah kecepatan, waktu respons, atau penggunaan sumber daya (seperti memori dan CPU) yang berlebihan. Contohnya, sebuah aplikasi membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memuat halaman, atau sebuah game berjalan dengan lag meskipun spesifikasi komputer memadai. Bug ini memengaruhi pengalaman pengguna secara signifikan. 6. Security Error Ini adalah bug yang paling berbahaya karena dapat membuka celah keamanan. Security error memungkinkan peretas untuk mengeksploitasi program, mencuri data, atau bahkan merusak sistem. Contohnya termasuk SQL injection atau cross-site scripting (XSS), di mana peretas menyuntikkan kode berbahaya untuk mendapatkan akses tidak sah. Memperbaiki bug jenis ini sangat penting untuk melindungi data dan privasi pengguna. Kesimpulan Jadi, setiap kali kita mendengar programmer berbicara tentang memperbaiki “bug” dalam kode, ingatlah bahwa istilah itu berasal dari seekor ngengat kecil yang secara tidak sengaja menjadi bagian dari sejarah besar komputer. Sumber:

Blog

84% Perusahaan Anggap Keterampilan Coding Penting

Di era digital saat ini, keterampilan coding bukan hanya untuk pekerjaan IT, tetapi juga dibutuhkan di banyak bidang lain. Survei NTUC LearningHub (2022) menunjukkan bahwa 84% perusahaan melihat peningkatan kebutuhan coding di berbagai posisi, termasuk yang non-teknis. Coding: Keterampilan Universal di Era Digital Kenapa Coding Dibutuhkan di Bidang Non-Teknis? Beberapa alasan utama yang diidentifikasi terkait pentingnya coding di luar pekerjaan teknis adalah: Contoh Penerapan Coding di Luar IT Menurut temuan yang sama, coding kini dibutuhkan untuk tugas-tugas seperti: Kesimpulan Perusahaan mencari talenta yang mampu bridging antara proses bisnis dan teknologi, sekaligus mampu mengadopsi inovasi digital di ranah kerjanya. Referensi utama:

Blog

Ada Lebih dari 700 Bahasa Pemrograman

Ketika kita membicarakan coding, nama-nama seperti Python, Java, atau JavaScript mungkin menjadi yang pertama terlintas di pikiran. Padahal, dunia pemrograman jauh lebih luas dari itu. Faktanya, ada 700 bahasa programan yang berbeda di dunia. Jumlah yang mengejutkan ini menunjukkan betapa beragamnya alat yang digunakan para pengembang untuk membangun teknologi yang kita nikmati saat ini. Mengapa Ada Begitu Banyak Bahasa? Masing-masing bahasa pemrograman diciptakan untuk tujuan tertentu. Sama seperti tukang kayu yang menggunakan berbagai alat—palu, gergaji, pahat—untuk tugas yang berbeda, programmer juga memilih bahasa yang paling sesuai dengan proyek yang mereka kerjakan. Bahkan ada bahasa yang dirancang untuk kebutuhan yang sangat spesifik, seperti bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengendalikan robot di luar angkasa atau sistem pengobatan di rumah sakit. Memilih Bahasa yang Tepat Dengan begitu banyak pilihan, apakah kita harus mempelajari semuanya? Tentu saja tidak. Mayoritas programmer profesional fokus pada beberapa bahasa yang relevan dengan bidang karier mereka. Yang terpenting bukanlah menguasai setiap bahasa, melainkan memahami konsep dasar coding, seperti logika, struktur data, dan algoritma. Konsep-konsep ini adalah fondasi yang sama di semua bahasa. Setelah kamu menguasai satu bahasa, akan jauh lebih mudah untuk mempelajari bahasa yang lain. Jadi, jangan merasa terbebani dengan jumlah yang fantastis itu. Mulailah dengan bahasa yang menarik minatmu, dan dari sana, kamu akan membuka pintu menuju dunia teknologi yang tak terbatas. Sumber:

Blog

Mengapa Coding Tidak Hanya untuk Orang IT?

Coding sering kali dianggap sebagai keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh para ahli di bidang teknologi. Namun, anggapan ini semakin tidak relevan di dunia modern. Data menunjukkan bahwa kemampuan coding kini menjadi aset penting di berbagai sektor, jauh melampaui industri IT. Ini bukan lagi keahlian teknis semata, melainkan alat berpikir logis yang membuka pintu peluang baru di berbagai profesi. Pergeseran Kebutuhan di Dunia Kerja Pergeseran ini terlihat jelas dalam lanskap pekerjaan saat ini. Dan angka ini terus meningkat. Mari kita lihat beberapa contoh konkret: Penggeseran Di Dunia Kerja Pergeseran ini terlihat jelas dalam lanskap pekerjaan saat ini. Sebuah studi dari Burning Glass Technologies menunjukkan bahwa 7 juta pekerjaan di tahun 2015 membutuhkan keterampilan coding, dan sekitar 50% dari pekerjaan ini berada di luar sektor teknologi. Angka ini terus meningkat. Mari kita lihat beberapa contoh konkret: Lebih Dari Sekadar Menulis Code Mempelajari coding bukan hanya tentang menguasai bahasa pemrograman, melainkan juga tentang mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Ini adalah pola pikir yang bisa diterapkan di mana saja. Coding mengajarkan kita untuk memecah masalah besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan terkelola, lalu menyusun solusi langkah demi langkah. ini membuktikan bahwa latar belakang formal tidak lagi menjadi penghalang. Seseorang dengan gelar di bidang seni, humaniora, atau biologi bisa sukses menjadi coder dengan belajar mandiri. Sumber:

Blog

Coding Bantu Siswa Berpikir Kritis dan Pecahkan Masalah

Belajar coding bukan hanya tentang menulis baris-baris kode proses ini juga secara signifikan mengasah kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah pada siswa. Data menunjukkan bahwa siswa yang belajar coding sejak dini memiliki kemampuan memecahkan masalah hingga 63% lebih baik dibandingkan teman-temannya yang tidak belajar coding. Coding dan Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan berdasarkan informasi secara logis dan objektif. Dalam pembelajaran coding, siswa dilatih untuk: Sebuah penelitian tindakan kelas di TK Shafa Marwah menunjukkan bahwa kegiatan unplugged coding—coding tanpa komputer—meningkatkan kemampuan berpikir logis dan kritis anak usia 5-6 tahun hingga 80% setelah dua siklus pembelajaran. Ini membuktikan bahwa coding sangat efektif untuk membangun dasar berpikir kritis sejak usia dini. Studi lain pada siswa sekolah dasar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) juga menemukan bahwa siswa yang mengikuti ekstrakurikuler coding menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis, terutama dalam memberikan penjelasan, menyimpulkan, dan membuat strategi pemecahan masalah. Coding Melatih Pemecahan Masalah secara Sistematis Coding menuntut kemampuan problem solving yang terstruktur. Siswa belajar memecah masalah menjadi bagian-bagian kecil (dekomposisi), mengenali pola (pattern recognition), serta membuat dan menguji solusi secara iteratif. Proses kreatif dan analitis ini memperkuat keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan dan karier masa depan. Menurut riset terkini, aplikasi pemrograman bisa membantu anak-anak mengembangkan computational thinking, sebuah pola pikir sistematis yang berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah kompleks. Pemrograman juga mengajarkan siswa untuk bersabar, teliti, dan kreatif dalam menemukan solusi terbaik. Implikasi untuk Pendidikan Dengan bukti nyata manfaat coding dalam mengasah kemampuan berpikir kritis dan problem solving, penting bagi dunia pendidikan untuk mengintegrasikan pembelajaran coding sejak usia dini hingga jenjang sekolah menengah. Tidak hanya menyiapkan keterampilan teknis, tetapi juga membangun mental dan kognisi yang kuat untuk menghadapi tantangan hidup dan pekerjaan di masa depan. Referensi utama:

Scroll to Top