Coding Bukan untuk yang Jenius, tapi untuk yang Konsisten

Pernahkah Anda membayangkan sosok seorang programmer? Bagi banyak orang, gambaran yang muncul adalah seorang jenius penyendiri di ruangan gelap, dikelilingi monitor, mengetikkan kode-kode rumit dengan kecepatan super. Mitos ini, yang diperkuat oleh film dan media, telah membangun tembok besar yang membuat banyak orang merasa, “Saya tidak cukup pintar untuk belajar coding.”

Namun, bagaimana jika fondasi dari tembok itu hanyalah sebuah kesalahpahaman? Bagaimana jika kunci untuk menguasai pemrograman bukanlah bakat bawaan atau skor IQ yang tinggi, melainkan sesuatu yang jauh lebih bisa diakses oleh semua orang: konsistensi?

Sebuah penelitian dari University of Washington menguatkan gagasan ini dengan temuan yang revolusioner: latihan rutin, bukan kecerdasan bawaan, adalah prediktor terkuat kesuksesan dalam pemrograman. Dengan kata lain, bukan seberapa cerdas Anda, melainkan seberapa sering Anda mau berusaha, gagal, dan mencoba lagi yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan Anda.

Coding adalah Latihan Otot, Bukan Tes IQ

Mari kita hancurkan mitos terbesar: coding bukanlah sihir. Ini adalah sebuah keterampilan, sama seperti belajar memainkan gitar, berbicara bahasa baru, atau berolahraga di gym.

Bayangkan Anda ingin membentuk otot. Apakah Anda pergi ke gym sekali sebulan selama delapan jam penuh dan berharap melihat hasilnya? Tentu tidak. Anda tahu bahwa latihan singkat namun rutin—misalnya 30 menit setiap hari—akan memberikan hasil yang jauh lebih efektif. Otot Anda butuh waktu untuk beradaptasi, pulih, dan tumbuh lebih kuat melalui pengulangan yang konsisten.

Prinsip yang sama berlaku persis untuk otak Anda saat belajar coding.

  • Membaca kode adalah seperti mempelajari gerakan baru.
  • Menulis kode adalah seperti melakukan repetisi latihan.
  • Menemukan dan memperbaiki bug (debugging) adalah saat otot mental Anda benar-benar dilatih hingga batasnya, memaksanya untuk tumbuh lebih kuat.

Setiap kali Anda memecahkan masalah kecil, Anda sedang membangun “memori otot” untuk sintaksis dan pola logika. Setiap proyek kecil yang Anda selesaikan adalah satu set latihan yang memperkuat fondasi pengetahuan Anda.

Apa Kata Penelitian? Konsistensi Mengalahkan Kecerdasan

Temuan dari University of Washington bukanlah anomali. Ia sejalan dengan prinsip psikologi belajar yang sudah mapan, seperti konsep “Deliberate Practice” (Latihan yang Disengaja) yang dipopulerkan oleh Anders Ericsson. Konsep ini menyatakan bahwa keahlian luar biasa tidak lahir dari bakat, melainkan dari ribuan jam latihan yang terfokus, konsisten, dan bertujuan.

Dalam konteks coding, ini berarti:

  1. Frekuensi Lebih Penting dari Durasi: Belajar selama 30 menit setiap hari jauh lebih baik daripada belajar 5 jam di akhir pekan. Latihan harian menjaga otak Anda tetap “panas” dan membuat konsep-konsep baru lebih mudah melekat.
  2. Kegagalan adalah Bagian dari Latihan: Seorang jenius mungkin diharapkan untuk tidak pernah membuat kesalahan. Namun, seorang praktisi yang konsisten tahu bahwa error dan bug adalah guru terbaik. Setiap kesalahan adalah kesempatan belajar yang tak ternilai.
  3. Pengetahuan Bersifat Majemuk (Compounding): Konsep-konsep pemrograman saling membangun satu sama lain. Dengan belajar secara konsisten, Anda menciptakan efek bola salju. Apa yang terasa mustahil bulan lalu, tiba-tiba menjadi mudah dipahami hari ini.

Bagaimana Menerapkan Konsistensi dalam Praktik?

Jika konsistensi adalah kuncinya, bagaimana cara membuka pintu ini? Berikut adalah beberapa strategi praktis:

  • Aturan 30 Menit Sehari: Komitmenkan diri Anda untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan coding setidaknya 30 menit setiap hari. Entah itu menonton tutorial, mengerjakan satu soal latihan, atau menambahkan satu fitur kecil pada proyek Anda.
  • Fokus pada Proyek, Bukan Hanya Teori: Jangan terjebak dalam “neraka tutorial” (tutorial hell). Cara terbaik untuk belajar adalah dengan membangun sesuatu. Mulailah dengan proyek yang sangat kecil—kalkulator, halaman web sederhana, atau game tebak angka.
  • Ikuti Tantangan Publik: Bergabunglah dengan komunitas seperti #100DaysOfCode di media sosial. Akuntabilitas publik bisa menjadi motivator yang sangat kuat untuk tetap konsisten.
  • Rayakan Kemenangan Kecil: Berhasil membuat tombol berfungsi? Rayakan! Berhasil memperbaiki bug yang membuat Anda pusing semalaman? Itu adalah pencapaian besar! Menghargai proses akan membuat Anda terus termotivasi.

Kesimpulan

Jadi, buang jauh-jauh pikiran bahwa Anda harus menjadi seorang jenius matematika untuk bisa coding. Lupakan gambaran stereotip yang menakutkan.

Kenyataannya jauh lebih sederhana dan membesarkan hati: pintu menuju dunia teknologi tidak dijaga oleh tes IQ, melainkan oleh kunci bernama konsistensi. Kemampuan Anda untuk muncul setiap hari, menghadapi tantangan, dan terus maju selangkah demi selangkah adalah aset terbesar Anda.

Anda tidak perlu menjadi jenius. Anda hanya perlu memulai, dan terus melakukannya, hari demi hari.

Sumber:

https://www.nature.com/articles/s41598-021-93311-0

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top